Sunday, January 6, 2008

Mak Coppong dan Desa Kampili

Sabtu kemarin, saya bersama beberapa teman berangkat ke Gowa, tepatnya di sebuah desa terpencil yang bernama Desa Kampili... Kami Berangkat pukul 11.00 WITA, meskipun sebenarnya rencana awal berangkat pukul 09.00 WITA, tapi karena hujan, makanya tertunda sampai 2 jam.... Yang berangkat kesana hanya 4 orang_saya,kak ewin(mahasiswa UNM, seniorQ di SMA, dia yang ngajak saya ), Sandy (kuliah di UNM juga,teman SMA jg), truz Kak Cici ( Nama sebenarnya sih Kak Syamsir,tak tau kenapa dia dipanggil dgn nama itu, dia kuliah di UNHAS jurusan Arkeolog, ternyata dia seorang pembuat film dokumenter bo'...). Tujuan keberangkatan kami kesana adalah untuk menemui "Mak Coppong", seorang Maestro Tari Pakarena, dia tinggal di desa itu dengan penuh kesederhanaan dan keterbatasan.Mak Coppong pernah keliling dunia untuk menari, meskipun dengan keterbatasannya, dia tetap mengajar tari demi melestarikan budaya pakarena itu. Sungguh menakjubkan, seorang perempuan yang sudah menginjak usia 79 tahun, mampu melakukan itu. Nah, Mak Coppong itu yang akan dibuatkan film dokumenter...

Kami berangkat dari kampus UNM di jalan MAPALA, kalau tidak salah. Dengan mengendarai motor, kami menuju desa itu dengan harapan bisa mendapatkan banyak hal di sana nantinya. Perjalanan kami tempuh selama setengah jam, lebih cepat dari dugaanku. Di tengah perjalanan, sempat bermasalah dengan polisi karena Lampu Lalu Lintas...Tapi, tidak begitu lama, kami kemudian melanjutkan perjalanan kembali.
Saya sangat menikmati perjalanan, begitu banyak halyang menarik perhatianku. Misalnya, kerbau-kerbau besar di jalanan desa, jalanan desa itu yang berlubang dan berlumpur, padi-padi yang baru ditanam di sawah, yang tak kalah menariknya ketika mendengar perbincangan masyarakat setempat yang memakai bahasa " Makassar", kedengarannya lucu bagi saya, karena sama sekali saya tidak ngerti...Hehehe...
Sesampai di rumah Mak Coppong, kami disambut dengan ramah dipersilahkan masuk ke rumah... Ternyata Mak Coppong itu belum terlalu tua renta seperti pikirku... Dia masih bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh orang muda... Saluttt !!! Setelah sejam berbincang-bincang, saya dan teman-teman jalan-jalan ke sawah Mak Coppong, ada beberapa hektar, dan katanya sawah itulah yang menghidupi 18 orang dalam keluarga Mak Coppong. Jadi iba mendengarnya....
Di sawah itu, saya belajar nanam padi, diajari sama Lela,cucu Mak Coppong. Tertambah lagi satu pengalamanku....MENANAM PADI DI SAWAH DI TENGAH TERIK MATAHARI...... Uhh, capek juga ternyata,saat itu saya dapat mengerti makna kerja keras seorang petani.... Ternyata susah lho jadi petani..... Makanya wajar juga kalau harga beras mahal !!!! Setelah puas di sawah, kami pulang ke rumah,kemudian shalat dan kembali berbincang sambil menunggu hujan reda. Di sana kami disuguhi kue " Cangkoneng", kue yang terbuat dari ubi kayu yang diparut yang dikukus kemudian ditaburi kelapa parut, ehmmm enak juga, alami....!!!!
Setelah hujan agak reda, kami pun memutuskan untuk pulang. Kami mengatakan akan datang kembali untuk pembuatan film, dan mereka setuju-setuju saja, mereka nampaknya sudah mengerti maksud kedatangan kami... Sepanjang perjalanan pulang, hujan gerimis tak hentinya.... Sampai di rumah kira-kira pukul 18.30 WITA. Hari yang melelahkan namun memberi sejuta makna.... Saya tersadar bahwa turun melihat secara langsung realitas lebih bermakna daripada berdiskusi semalaman suntuk membicarakan realitas itu !!!!


No comments: